Ibn al-Haytham: Bapak Optik Modern yang Mengubah Dunia Sains

jhon - Aug 28 - - Dev Community

Pendahuluan :
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak sarjana dan ilmuwan yang sangat hebat dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat dilihat pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekadar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.

Walaupun Ibnu al-Haitsam lebih dikenal dalam bidang sains dan pengobatan, tetapi dia juga ahli dalam bidang agama, falsafah, dan astronomi

Perjalanan hidup
Ibnu Al haytham dianggap sebagai bapak optik modern
Sarjana Muslim Arab Abu Ali Al Hasan ibn Al Haytam, yang dikenal di barat sebagai Alhacen atau Alhazen lahir pada tahun 965 di kota Basra di Irak Selatan dan beliau juga dikenal sebagai Al Basri beliau menempuh pendidikan di kota Basri dan juga Baghdad
dan meninggal di kairo mesir pada tahun 1040

Banyak detail kehidupan Ibn al-Haytham yang hilang seiring berjalannya waktu. Kisah-kisah yang berkaitan dengan kehidupannya seringkali bertentangan, tergantung sejarawan yang menceritakannya. Sebagian besar data biografi Ibn al-Haytham berasal dari tulisan sejarawan Muslim abad ketiga belas Ibn al-Qifti (1172–1248). Awalnya, Ibn al-Haytham dilatih untuk pekerjaan pegawai negeri dan diangkat sebagai hakim di Basra. Karena hadirnya berbagai gerakan keagamaan dengan pandangan yang beragam dan saling bertentangan saat itu, ia menjadi kecewa terhadap studi agama dan memutuskan untuk mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk studi ilmu pengetahuan. Pengetahuannya di bidang matematika dan fisika menjadi melegenda dan terkenal di Irak, Suriah, dan Mesir. Ia diundang oleh Al-Hakim bi-Amr Allah, Khalifah Fatimiyah Mesir untuk membantu mengatur aliran Sungai Nil saat banjir. Al-Hakim, seorang Syiah dari sekte Ismaili, dikenal sebagai penguasa eksentrik yang mengeluarkan beberapa dekrit dan undang-undang sewenang-wenang, melarang konsumsi makanan tertentu, melarang perempuan meninggalkan rumah, membunuh semua anjing, dan memaksa orang untuk bekerja. pada malam hari dan istirahat pada siang hari. Dia sangat brutal dan membunuh guru dan menterinya secara tiba-tiba. Ketika Ibn al-Haytham menyadari dalam pekerjaan lapangannya di sepanjang Sungai Nil bahwa rencananya untuk mengatur aliran air Sungai Nil dengan membangun bendungan di selatan Aswan tidak praktis, dia mengkhawatirkan nyawanya. Untuk menghindari potensi kemarahan dan kemarahan yang mematikan dari pelindungnya yang temperamental dan tidak stabil secara mental, dia memalsukan kegilaan. Harta benda dan buku-bukunya dilucuti, dan dijadikan tahanan rumah selama sekitar 10 tahun hingga kematian Al-Hakim pada tahun 1021, ketika ia dibunuh secara misterius.

Penemuan dan Kontribusi Ibn al-Haytham dalam Ilmu Optik:

Image description
1. Kamera lubang jarum (bahasa Inggris: pinhole camera) adalah kamera sederhana tanpa lensa, namun menggunakan sebuah tingkap yang berukuran sangat kecil (yang disebut sebagai lubang jarum), yang dapat dikatakan sebagai kotak kedap cahaya yang memiliki lubang kecil pada sisi lainnya. Cahaya dari luar masuk melalui tingkap tersebut, sehingga menghasilkan gambar terbalik pada sisi yang berlawanan dari kotak itu, yang dikenal sebagai efek kamera obskura.

Image description
2. Kitab Al-Manazir Salah satu karya terbesar Ibn al-Haytham adalah Kitab al-Manazir atau yang dikenal sebagai Buku Optik. Buku ini sangat fenomenal di zamannya dan bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sehingga menjadi panduan bagi ilmuwan Eropa selama berabad-abad. Di dalamnya, Ibn al-Haytham menjelaskan bagaimana cahaya dan penglihatan benar-benar bekerja.

Sebelumnya, ilmuwan Yunani seperti Ptolemy dan Euclid percaya bahwa penglihatan terjadi karena mata memancarkan cahaya ke objek. Teori ini dikenal sebagai teori emisi. Namun, Ibn al-Haytham membantah hal ini. Ia menyatakan bahwa penglihatan terjadi karena cahaya memantul dari objek dan masuk ke mata kita. Ini mungkin terdengar sederhana bagi kita sekarang, tapi pada zamannya, ini adalah terobosan besar!

Image description
3. Teori Cahaya dan Lensa:
Ibn al-Haytham juga banyak melakukan penelitian tentang lensa dan pembiasan cahaya. Ia mengamati bagaimana cahaya berubah arah saat melewati medium yang berbeda, misalnya dari udara ke air. Ini adalah prinsip dasar dari lensa yang kita gunakan dalam kacamata, teleskop, dan mikroskop.

Dengan penelitiannya ini, ia berhasil menjelaskan mengapa benda terlihat berbeda ukurannya ketika dilihat melalui air atau kaca. Percobaan ini kemudian menjadi dasar bagi perkembangan berbagai alat optik yang kita kenal sekarang, mulai dari kacamata hingga teleskop luar angkasa.

Image description
4. Teori Penglihatan:
Ibn al-Haytham juga memberikan kontribusi penting dalam memahami cara kerja mata manusia. Dia menyadari bahwa mata kita berfungsi seperti lensa, dan cahaya yang masuk ke mata membentuk gambar di bagian belakang mata yang disebut retina. Inilah yang membuat kita bisa melihat.

Ia juga menekankan pentingnya cahaya dalam proses penglihatan. Tanpa cahaya, kita tidak akan bisa melihat apa pun. Cahaya yang memantul dari objek dan masuk ke mata kita itulah yang akhirnya membentuk gambar di otak kita. Gagasan ini kemudian menginspirasi banyak penelitian tentang optik dan penglihatan yang dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan besar setelahnya.

Kesimpulan:
Ibn al-Haytham bukan hanya seorang ilmuwan, tetapi juga seorang pemikir revolusioner yang mengubah cara kita memahami dunia di sekitar kita. Penemuannya tentang cahaya, penglihatan, dan metode ilmiah menjadi dasar bagi banyak teknologi yang kita nikmati saat ini. Dari kamera ponsel hingga teleskop luar angkasa, semuanya bisa kita nikmati berkat kontribusi besar dari Ibn al-Haytham.

Warisan Ibn al-Haytham masih hidup hingga sekarang, dan kita semua bisa belajar banyak dari cara berpikir kritis dan eksperimentalnya. Jadi, ketika kita memotret atau melihat sesuatu melalui lensa, ingatlah bahwa Ibn al-Haytham adalah sosok yang memungkinkan semua itu terjadi!

Referensi:
1.Roshdi Rashed, Ibn al-Haytham and the Foundations of Modern Optics.
2.A. I. Sabra, The Optics of Ibn al-Haytham.
3.David C. Lindberg, Theories of Vision from al-Kindi to Kepler.
4.Encyclopaedia Britannica, Ibn al-Haytham (Alhazen).
5.Salim Al-Hassani, 1001 Inventions: The Enduring Legacy of Muslim Civilization.

. .
Terabox Video Player